Menjadi Pribadi yang Religius: Mengapa Hal Ini Penting Bagi Kita?


Menjadi pribadi yang religius: Mengapa hal ini penting bagi kita? Pertanyaan ini mungkin sering muncul dalam benak kita, apakah memiliki keyakinan agama dan menjalankan ajaran agama benar-benar penting dalam kehidupan kita sehari-hari?

Menjadi pribadi yang religius tidak hanya sekedar tentang melakukan ritual keagamaan, tetapi lebih dari itu, menjadi pribadi yang religius juga berarti hidup sesuai dengan ajaran agama yang dianut. Menjalankan ajaran agama dapat membentuk karakter yang baik, membuat kita lebih sabar, lebih bijaksana, dan lebih penuh kasih sayang terhadap sesama.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, “Religiusitas tanpa tindakan adalah seperti membunyikan bel besar di telinga orang buta.” Artinya, menjalankan ajaran agama tanpa tindakan nyata tidak akan membawa manfaat apapun. Kita perlu menjadikan ajaran agama sebagai pedoman hidup kita sehari-hari.

Menurut Dr. Amin Abdullah, seorang pakar agama dan budaya, menjadi pribadi yang religius penting bagi kita karena agama dapat memberikan arah dan tujuan hidup. Dalam bukunya yang berjudul “Agama dan Kemanusiaan”, Dr. Amin Abdullah menjelaskan bahwa agama tidak hanya berfungsi sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai panduan moral dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, menjadi pribadi yang religius juga dapat memberikan kedamaian batin. Dr. Haidar Bagir, seorang cendekiawan Muslim, menyatakan bahwa menjalankan ajaran agama dapat memberikan kedamaian dan ketenangan jiwa. Dalam bukunya yang berjudul “Agama, Kekuasaan, dan Keadilan”, Dr. Haidar Bagir menjelaskan bahwa agama dapat menjadi sumber kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi tantangan hidup.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjadi pribadi yang religius. Dengan menjalankan ajaran agama secara konsisten, kita dapat membentuk karakter yang baik, mendapatkan arah dan tujuan hidup, serta meraih kedamaian batin. Sebagaimana yang dikatakan oleh Albert Einstein, “Agama tanpa ilmu pengetahuan buta, ilmu pengetahuan tanpa agama pincang.” Keduanya saling melengkapi dalam membentuk pribadi yang utuh dan berakhlak mulia.